Berbagi serta Bertukar Ilmu, Menjadi Manusia yang Bermanfaat Untuk Orang Lain

Archive for the ‘Islam’ Category

Alasan Seorang Muslim tidak perlu ikut konsep Childfree

Baru-baru ini ada isu yang lagi hangat dibicarakan setelah seorang seleb muslimah yang berkata ingin childfree di social media. Atas izin Allah, saya menemukan postingan menarik di IG mengenai alasan-alasan seorang muslim tidak perlu ikut konsep Childfree. Apa sih sebenarnya childfree itu? Menurut Oxford Dictionary, childfree merupakan kondisi dimana seseorang atau pasangan tidak memiliki anak karena alasan yang utama yaitu pilihan. Wikipedia menjelaskan definisi childfree sebagai sebuah keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat.

Memang sih setiap orang diberikan pilihan dalam hidup tapi kita sebagai muslim menjalani hidup ini dengan tuntunan dari Sang Pencipta kita, Allah SWT. Saya agak gak sreg aja sih dengan pilihan muslimah tersebut. Pilihan childfree ini membuat saya teringat dengan negeri Jepang yang khawatir akan keberlangsungan generasi mudanya karena dalam piramida usia penduduk mereka, mayoritas penduduknya bukanlah penduduk usia produktif. Mereka gak mau punya anak. Mirip dengan konsep yang didengungkan oleh pegiat sosmed tersebut. Kalau alasan mereka ga mau punya anak banyak karena faktor ekonomi, ok rasional tapi gak segitunya sampai gak mau punya anak sama sekali. Boleh dah beralasan ga mau punya anak lebih dari dua karena dulu pernah ada program keluarga berencana “cukup punya anak dua”. Tapi sudah menikah dan tidak mau punya anak sama sekali karena alasan tidak mau menua, mengeriput dan sejenisnya menurut saya aneh. Menua dan mengeriput adalah keniscayaan. Sama halnya dengan kematian. Lantas berpikir, terus ngapain dong jadi perempuan yang punya rahim.

Mengutip dari postingan IG Ittiba.id, berikut beberapa alasan gak perlu ikut konsep childfree:

  1. Hilang kesempatan bahwa nanti orangtua dan anak saling mengangkat derajatnya di akhirat (baik dengan doa atau amal jariyah dari sang anak). (HR. Muslim no.1631).
  2. Menggaungkan childfree menyelisihi anjuran dalam agama Islam untuk mempunyai anak bahkan banyak anak. (Q.S Al Baqarah 2: 187)
  3. Tidak merasakan kesempatan mendapatkan penyejuk mata padahal mampu.
  4. Hilangnya pahala istimewa mendapat surga, jika Allah takdirkan bayi itu meninggal dunia.
  5. Silsilah keluarga terputus, bingung mewariskan harta/orang yang menanggung hutangnya setelah meninggal. Tidak mempunyai orang yang diandalkan bisa merawat ketika tua,perasaan kesepian dll.

Terkait poin 2 ada hadits yang menguatkan: Rasulullah SAW bersabda, “Nikahilah wanita yang subur, karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku di hadapan para nabi pada hari kiamat.” (HR. Ahmad). Berarti memiliki anak merupakan sunnah yang diajarkan Rasulullah, bila tidak menyukainya maka kita tidak akan dianggap sebagai umatnya Rasulullah sesuai hadits “Siapa yang membenci sunahku, maka dia bukan termasuk golonganku.” Didalam hadits tadi terkandung mengenai pernikahan. Ya menikah. Anggapan childfree ini berpotensi mengeser pola pikir “ngapain punya anak, ngerepotin” menjadi “tidak mau punya anak, lantas mengapa harus menikah”.

So, kesimpulannya adalah dalam Islam tidak pernah ada konsep childfree sehingga kita sebagai muslim diajurkan untuk memiliki anak dari istri/suami masing-masing. Semoga kita senantiasa diberikan perlindungan oleh Allah SWT di akhir zaman ini.

Sumber:

Ananda. https://www.gramedia.com/best-seller/istilah-childfree/ diakses 12 Feb 2023 pukul 22:59 WIB.

Anonim. https://id.wikipedia.org/wiki/Childfree diakses 12 Feb 2023 pukul 23:01 WIB.

Prasetyo, Wiwid dan Siti Ning Rahayu. 2022. 40 bekal lelaki sebelum menikah. Semesta hikmah : Yogyakarta.

Kesehatan Mental

26 Jun 2022

Resume Kelas Parenting Akademi keluarga

Pemateri    : Silmy K Risman, S.Psi., MIRKM

WhatsApp Image 2022-06-26 at 1.01.43 PM

Apa itu kesehatan mental? Kesehatan mental adalah keadaan kesejahteraan psikologis yang mempengaruhi fisik kita/perilaku kita. Kesehatan mental menjadi pondasi kehidupan kita dan akan berpengaruh pada interaksi kita ke orang-orang sekitar kita.

Mental kita bisa diibaratkan wadah/tong sampah. Bisa berisi sampah emosi, baper, gampang overthinking, trauma/luka masa lalu dan bila sudah penuh dan tidak dibuang, maka akan jadi bau busuk. Keadaan rumah yang tong sampahnya penuh akan menciptakan aroma tidak sedap dan membuat penghuninya tidak betah bahkan kalau dipaksakan akan stres.

    Realistis merupakan salah satu tanda orang yang sehat mental. Contoh kasus: seorang istri yang suka nonton film drakor akan mengkhayal dan berharap suaminya seperti lelaki di drakor tersebut, padahal tokoh itu hanya fiksi. Tidak ada satupun di dunia ini manusia yang sempurna. Semua manusia pasti mengalami stres, itu namanya hidup. Tinggal bagaimana kita memanage stress. Perasaan “gak enakan” itu harus dihindari karena itu tandanya orang ga punya boundaries. Mungkin disini sama dengan yang dimaksud dengan prinsip. Kita tidak akan pernah membuat seluruh orang suka pada kita. Setiap sat kita akan mengalami konflik. Tinggal kita mencari win win solution saja.

Faktor-faktor yang membentuk kesehatan mental:

  1. Orang tua. Kita tidak bisa memilih lahir dari rahim siapa namun jangan sampai kita tidak bisa memutus siklus/warisan yang tidak baik yang bisa merusak kesehatan mental kita. Bila kita dibesarkan oleh orang tua yang baperan, maka kita jangan jadi baperan juga. Pemutusan siklus ini ga bisa dilakukan hanya dengan doa melainkan juga dengan aksi. Tindakan konkrit.
  2. Keadaan ekonomi
  3. Keadaan fisik
  4. Keadaan sosial
  5. Genetis

Adapun ciri-ciri orang yang sehat mental:

  • Bisa mengenali perasaannya sendiri/ mental diri sendiri
  • Bisa memikirkan masa depan dengan perspektif
  • Punya otonomi diri sendiri
  • Punya empati
  • Mampu bekerja dengan efektif
  • Mampu mencintai dengan sehat
  • Mampu mengelola stress
  • Melihat kenyataan sesuai dengan realita
  • Mampu berinvenstasi dalam hidup secara positif
  • Tidak diliputi oleh emosi yang berlarut-larut
  • Tidak cemburu berlebihan
  • Tidak mudah merasa bersalah
  • Tidak pencemas dan tidak insecurean
  • Mampu & mau untuk terus belajar (gak merasa pintar,ga merasa paling tahu)

Nah sekarang kebalikannya, adapun ciri-ciri orang yang tidak sehat mental:

  • Tidak mampu mengelola emosi, mudah merasa putus asa, moddswing
  • Pola makan tidak teratur, tidur tidak teratur.
  • Terperangkap di masa lalu
  • Tidak bisa menghadapi kenyataan

Lantas keluarga yang sehat mental itu seperti apa? Keluarga yang sehat mental itu salah satunya memiliki kemampuan dan kesempatan untuk berkomunikasi secara terbuka, aman dan nyaman. Hal ini bermakna adanya musyawarah dalam keluarga tersebut. Allah SWT sudah memberikan kisi-kisinya di Q.S. Ali Imron:159, Q.S. Al Ahzab:70-71, Q.S. An Nisa:9.

Kita lihat dari Q.S Ali Imron: 159 “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan penting. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal”.

Q.S. Al Ahzab: 70-71 “Wahai orang-oran yang beriman, bertawakallah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar”. Kita akan melihat bahwa berkata jujur itu penting (tapi beberapa kebohongan yang diperbolehkan, harus banyak ikut pengajian nih).

Q.S. An Nisa: 9 “Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah yang mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya). Jadi kalau anak salah masalah sepele, meledaknya jangan besar. Masalah besar, marahnya meledak makin besar. Bukan begitu.

Habit yang baik untuk menjaga kesehatan mental:

  • Menjaga hubungan dengan Allah
  • Praktekkan midnfullness (tidak terjebak di masa lalu)
  • Pola hidup sehat dan teratur (makan, tidur, OR)
  • Senantiasa bersyukur
  • Terkoneksi dengan orang lain

Ide sederhana untuk menjaga kesehatan mental keluarga: ibadah bersama, entah itu shalat subuh atau maghrib berjamaah, bahkan suami istri shalat QL berjamaah; OR bersama, nah ini sebenarnya bisa dilakukan saat CFD; makan bersama dengan memasak bersama, sang ibu memasak, sang ayah menyiapkan piring, sang anak menyiapkan sendok dan garpu; jadwal tidur teratur misalnya jam 10 disepakati semua sudah tidur; talk time, nah ini bisa dialokasikan sebelum tidur bersama, entah 10 menit sebelum tidur atau berapapun. Semua orang dalam keluarga itu bebas bercerita keseharian mereka; jadwal bermain bersama.

    Terakhir hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam merawat kesehatan mental anak:

  1. Anak perlu dicintai apa adanya.
  2. Perlu diajari untuk anak menyelesaikan masalahnya sendiri
  3. Perlu diajari menerima dan mencintai dirinya apa adanya. Contoh warna kulitnya.
  4. Saat kita hadir bersama anak jangan main HP
  5. Ajarkan dia menerima saat dia salah
  6. Dengar dan hargai perasaannya.

Rehat Dulu Sejenak

Ada dua orang bersahabat, yang satu bernama “Logika” dan yang satunya lagi bernama “Takdir”.Keduanya naik mobil dalam sebuah perjalanan yang panjang..
Di tengah perjalan mobil mereka kehabisan bahanbakar.
Keduanya berusaha melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sebelum datang waktu malam.

Keduanya berusaha menemukan tempat
beristirahat, setelah itu baru melanjutkan lagi perjalanan. Si Logika memutuskan untuk tidur di bawah sebatang pohon.
Sedangkan si Takdir memilih tidur di tengah jalan.

Logika berkata kepada Takdir: Kamu gila! Kamu menjatuhkan dirimu kepada kematian. Boleh jadi ketika kamu tidur ada mobil yang lewat dan
melindas tubuhmu.Takdir menjawab: Saya tidak akan tidur kecuali di tengah jalan ini. Boleh jadi ada mobil yang datang lalu ia melihatku dan mengajakku bersamanya.

Akhirnya Logika betul-betul tidur di bawah pohon dan Takdir tidur di tengah jalan.
Tidak beberapa lama setelah keduanya tertidur lewat sebuah mobil besar dalam kecepatan tinggi.Tatkala ia melihat seseorang tidur di tengah jalan, ia berusaha berhenti dengan mendadak, tapi sayang ia tidak bisa.

Akhirnya ia membanting stir dan mobil itu berbelok ke arah pohon dan langsung melabrak Logika, dan selamatlah si Takdir. Inilah kenyataan hidup, Takdir memainkan peranannya di tengah-tengah manusia. Kadang-kadang sekalipun ia bertentangan dengan Logika.

Maka boleh jadi terjadinya delay dalam penerbangan ada keselamatan di balik itu.

Boleh jadi tertunda kita mendapatkan hak kita krn ada hak orang lain yg selama ini kita abaikan dan kita tidak memperdulikan.

Boleh jadi kita terlambat menikah ada keberkahan di balik itu.

Boleh jadi kita belum dikaruniai anak ada kebaikan di balik itu.

Boleh jadi ditolaknya lamaran kerja kita ada hikmah besar di balik itu.

Tertundanya pertolongan dan kemenangan pasti ada manfaat yang sangat besar di belakang itu.
“Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia baik bagimu.” (Al Baqarah: 216)

Oleh karena itu, optimislah selalu…..dan tetap semangat dlm menjalani kehidupan ini. Wallahu A’lam

Kutipan

Tausiyah yang tertunda

Din dan dunia akan tetap tegak berdampingan selama 4 hal berikut wujud di tengah-tengahnya.
Pertama, selama orang-orang kaya tidak bakhil terhadap hartanya.
Kedua, selama para ulama mengamalkan ilmunya.
Ketiga, selama orang-orang bodoh tidak menyombongkan diri dengan kebodohannya.
Keempat, selama orang-orang fakir tidak menjual akhiratnya dengan dunianya.
(Ali bin Abi Thalib)

Al-Isti’dad li Yaumi al-Ma’ad
Ibnu Hajar al-‘Asqalani

Disadur dari: grup angkatan

Rangkuman Seminar Parenting

Melatih anak usia dini menghapal alquran :
1. Memperdengarkan ayat Al-Quran setiap hari dirumah
2. Konsisten. mengenalkan anak dengan Al-Quran harus dilakukan dengan konsisten dan jangan putus
3. Menjadi teladan yang baik karena anak adalah peniru yg hebat
4. Bacakan ayat Al-Quran sejak di kandungan
5. Menjadikan hapalan sbg konsekuensi permintaan anak. Jika usia anak sudah > 5 tahun ingin sesuatu maka sebelumnya si anak diminta setor hapalan sekian.

Pada saat manusia lahir Allah SWT sudah menciptakan otak dengan 1 milyar koneksi jaringan, masa keemasan untuk optimalisasi menghapal Al-Quran adalah sejak usia dini sampai dengan usia 12 tahun.
Karena menurut penelitian jika otak tidak digunakan optimal hingga usia 12 tahun maka otak secara otomatis akan memangkas kapasitasnya.

otak punya periode peka “prime time” terhadap pengalaman tertentu dari lingkungan :
– ikatan hati (bonding) antara anak dgn ortu terjadi pada usia 0-18bln
– keterampilan motorik paling baik terjadi s/d usia 4tahun
– berbicara & kosakata terjadi pd 3 tahun pertama
– matematika & logika sangat sensitif usia 1-4 th
– kepekaan terhadap nada 3-12th
– bahasa asing dapat diajarkan secara tandem (max 5bahasa) sekaligus pada usia 3-12 th

sebagai anak-anak, belajar bukan berarti dengan buku dan alat tulis, menurut penelitian cara efektif anak belajar yaitu :
1. belajar melalui bermain ( learning through playing) contohnya menggunakan boneka jari/ tangan ( bermain peran) antara kelinci dan jerapah
kelinci : assalamualaikum jerapah, apa kamu sudah hapal surat ….
suara dan mimik disesuaikan agar anak tertarik dan mendengarkan atau ikut bermain.
2. bermain dengan mengerjakan (learning through doing)
3. bermain dengan menyentuh materi yg dipelajari (hands-on learning ) contoh kita membelikan anak kita Al-Quran untuk mereka dengan syarat ditekankan bahwa Al-Quran tersebut akan diberikan saat mereka bisa berjanji dan bisa dipercaya untuk tidak merobeknya.

Point penting dalam menyiapkan anak menghapal Al-Quran adalah sabar dan banyak berdoa kepada Alloh SWT. karena anak adalah amanah yg dititipkan, ortu tidak punya kuasa memberikan hidayah

Bu Emmy cerita pengalaman terhadap salah satu anaknya yg sampai usia 11tahun belum juga ada keinginan menghapal Al-Quran, malah ‘akrab’ dengan warnet, dan kelakuan nakal yg lain. Beliau berucap tidak henti berdoa agar Alloh SWT mengubah hati anaknya. sampai puncaknya anak tersebut mencuri uang ortu senilai 200rb.
Beliau tidak memarahi anaknya, hanya menasehati ‘ nak kamu bukan pencuri, sekarang ibu kasih 2 pilihan kamu mau bertemu malaikat malik atau janji tidak akan mengulangi dan mau belajar menghapal Al-Quran’

singkat cerita akhirnya anak tersebut berkeinginan masuk pesantren untuk menghapal Al-Quran dan saat diantar sang anak berkata
‘Ibu, sampai bertemu tahun depan dengan saya yang baru yang akan membuat bangga’
dan dalam setahun sang anak berhasil menghapal sekian juz

Nasehat dari Teman

ﺃَ ﺗَﻌْﺮِﻑ ﻟِﻤَﺎﺫَﺍ ﻳَﻀْﺤَﻚ ﺍﻟﻄِﻔْﻞُ ﻋِﻨْﺪَﻣَﺎ ﺗَﻘْﺬﻓُﻪُ ﺇِﻟَﻰ
ﺍﻷَﻋْﻠَﻰ .. ؟؟

Tahukah anda, mengapa anak kecil tertawa ketika anda lempar / ayunkan ke atas ?

ﻷَِﻧَّـﻪُ ﻳَﻌْﺮِﻑ ﺃَﻧَّﻚَ ﺳَـﺘَﻠْﺘَﻘِﻄﻪُ ﻭَ ﻟَﻦْ ﺗَﺪَﻋﻪُ ﻳَﻘَﻊ

Karena ia tahu bawa anda pasti akan
menangkapnya dan tidak akan membiarkannya jatuh !

ﺗِﻠْﻚَ ﻫِﻲَ ﺍﻟﺜِّـﻘﺔ
Itulah keyakinan !!

ﻭَ ﺗِﻠْﻚَ ﻫِﻲَ ﺛِﻘَﺘِﻲ ﺑِـﺮَﺑِّﻲ !! ﻓَﻠَﻮْ ﺭَﻣَﺘْـﻨِﻲ ﺍﻷَﻗْﺪَﺍﺭ .. ﻓَﺴَﻮْﻑَ
ﺗَﻠْﺘَﻘِﻄُﻨِﻲ ﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺭَﺑِّﻲ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﺃَﻗَﻊ

Begitu pula keyakinanku kepada Allah!!
Walaupun keadaan buruk “melemparku”..
Aku yakin kasih sayang Allah pasti akan “menangkapku” sebelum aku terjatuh.
——————————
————
“Andai perjuangan ini mudah, pasti ramai yang menyertainya.
Andai perjuangan ini singkat, pasti ramai yang istiqomah.
Andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan dunia, pasti ramai orang yang tertarik padanya.
Tetapi hakikat perjuangan bukanlah begitu, turun naiknya, sakit pedihnya,umpama kemanisan yang tidak terhingga.
Andai rebah, bangkitlah semula. Andai terluka, ingatlah Janji-Nya”
(Hasan Al Banna)

Hati-hati berucap wahai Ibu!!

Seorang bocah mungil sedang asyik bermain-main dengan tanah ,sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang akan diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu dan masuk ke dalam rumah kemudian menaburkan debu ke atas makanan yang tersaji.

Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, sontak beliau marah dan berkata “idzhab ja’alakallahu imaaman lilharaiman!” pergi kamu…! biar kamu jadi imam di haramain………..! dan SubhanAlloh, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam masjid di Masjidil Haram….!

Tahukah wahai sahabat siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu….? beliau adalah Syeikh Abdurrahman As-Sudais, imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di dunia ……………..ini adalah teladan seorang ibu, calon ibu, ataupun orangtua yang selalu mendoakan kebaikan bagi anak-anaknya, meski dalam keadaan marah…….karena doa yang tidak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya….sekaligus juga menjadikan peringatan bagi kita untuk senantiasa menjaga lisan dan tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya walau dalam kondisi marah sekalipun….semangaaaaat ya untuk mendoakan anak-anak kita! 🙂

Sumber: grup Whatsapp

Kuliah Umum Pranikah (Part2-Habis)

Part 2….

 

Tapi ternyata ia, mengetuk pintu sembari memberi salam yg disambut jawaban salam dari anak kecil juga istrinya itu.

 

Ternyata 11 tahun tetap membuat mereka saling ingat satu sama lain, meski dahulu tak pernah ada foto, tlp, hp, Whatsapp, facebook, dll ^^

 

Kemudian ia pun memeluk rindu istrinya, dan bertanya tentang anak kecil yg juga masuk sebelum kedatangannya..

 

Dijawab oleh istrinya, “dia adalah rizki yg diberikan Allah kepada kita yg telah aku jaga seperti yg engkau seperti pesan yg engkau katakan sebelum pergimu.”

 

Ehmm… so sweet,

 

Ga kebayang,, 11 tahun tanpa kabar entah suaminya itu masih hidup atau tinggal nama. Hamil-melahirkan-mendidik anak dalam sendirinya. Belum lagi kesetiaannya. Plus anaknya ternyata jadi anak sholih yg dikenal dg luasnya ilmu, imam Malik (guru imam Syafii) ehmm… dahsyat.

 

Seketika itu suaminya teringat-ingat An Nisa 19 yg dibacakan istrinya dulu… dan ternyata Allah tak pernah ingkar janji, Allah membuktikan balasan yg begitu manis akan kesabaran, kelapangan, juga keikhlasanya menerima istrinya itu.

 

Kesempurnaan hanya milik Allah. Ketika menikah nanti harus menyiapkan diri dengan ketidaksempurnaan pasangan kita. Sebab jika mencari yg sempurna pasti tak akan pernah ada. Tetapi pernikahan itu ada untuk saling menyempurnakan satu sama lain. Jika ia sempurna tanpa sedikitpun kelemahan maka apa arti adanya kita di sisinya ? Jika kita mencintainya karena kelebihan atau sempurnanya maka setiap orang di luar kita pun bisa melakukannya, tetapi hanya ada satu yg bisa mencinta dan bersabar dalam lemahnya kita yaitu pasangan yg menikahi kita.

 

Carilah pasangan iman kita, ukurannya iman. Dalam pernikahan harus dan butuh ada kesertaan iman. Jika ujian hadir maka imanlah yg mengokohkan pelayaran dalam badainya. Kesetiaan iman menghasilkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

 

Hakikat pernikahan itu memperbaiki keimanan juga meningkatkan iman.Hadistnya menikah itu mengenapkan separuh agama. Artinya jika setelah menikah keimanan kita menurun maka perlu dicek, kemungkinan ada yg salah dalam pilihan atau prosesnya.

 

Maka dari itu setelah menikah sepasang pengantin di sunnahkan untuk sholat dua rakaat kemudia sang suami berdoa agar Allah menyatukan dalam kebaikan dan jika pun berpisah itu juga karena kebaikan. Begitupun doa yg disunnahkan untuk kedua mempelai dari hadirin yg memiliki arti bahwa dalam pernikahan tidak selamanya diisi dg kebahagiaan tetapi dalam bahagia Allah menurunkan berkahNya juga ketika ada ujian dalam kesabaran Allah pun senantiasa memberkahi keduanya.

 

Tujuan pernikahan;

1. Ridho Allah dg saling menasehati dlm kebenaran

2. Saling menasehati dalam kesabaran

3. Saling menasehati dalam berkasih sayang Ar~Rum 21

4. Keturunan

5. Membentuk masyarakat terkecil

 

Kedewasaan seseorang dilihat dari kemampuan ia membangun relasi. Relasi dengan pasangan, anak, mertua, ipar, nenek/kakek, dll. Sedangkan kematangan seseorang ditentukan oleh kematangan spiritualnya.

 

Pendidikan anak bukan dimulai sejak ia bayi atau dalam kandungan tetapi dimulai dari memilih pasangan. Pilih ia yg tak hanya menjadi pasangan untuk diri kita tetapi cari ayah/ibu untuk anak-anak kelak. Mengapa?? Karena pembentukan bagaimana anak kelak bergantung kepada siapa orang tuanya. Contoh kecerdasan seorang anak pada umumnya diwariskan dari kecerdasan ibunya.

 

Membahagiakan anak dengan membahagiakan pasangan kita. Tidak ada anak yg akan berbahagia jika orang tuanya bersedih. Oleh karenanya perlu dibangun hubungan yg kuat antara suami dan istri. Meski kecenderungan istri terkadang lebih dominan ke arah anak tetapi surga seorang istri ada dalam ridhanya suami, sehingga mempererat hubungan dg suami lebih diutamakan.

 

Posisi kedua yg harus dihargai oleh suami setelah Allah dan RasulNya untuk beroleh surgaNya adalah ibunya. Tetapi posisi kedua yg harus dihargai seorang istri setelah Allah dan RasulNya untuk beroleh surga adalah suaminya.

 

Arti lainnya bagi seorang istri, suami itu bosnya sedang ibu mertua itu big bosnya.. berdoalah mendapat pasangan yg menyenangkan hati juga mertua yg lebih menyenangkan hati ^^

Kuliah Umum Pranikah

13 Juli 2013, Mesjid UI Depok

Ustadz Arsalsjah & Ustadzah Dewi Yulia

 

Bismillahirrohmanirrohim

 

Suatu ketika ada seorang pemuda sholih juga seorang mujahid, yang berkata kepada ayah dan ibunya, “Duhai ayah dan ibu, carikan aku seorang calon istri”

Kemudian ayah dan ibunya mencarikannya seorang wanita sholihah. Setelah pemuda itu dikabarkan bahwa kedua orang tuanya sudah menemukan calon istri untuknya, maka ia pun memintanya untuk dikenalkan dan dilamarkan.

Si pemuda itu begitu percaya pilihan kedua orangtuanya yang tidak akan memberikan anaknya keburukan.

 

Pada malam hari pernikahan, ternyata ia menemukan “cacat” atau sesuatu yang ia tidak sukai dari istrinya itu. Tetapi akhlaknya menghalanginya untuk berkata yang menyakiti hati istrinya itu. Namun, sang istri dapat melihat raut wajah suaminya yang berbeda itu.

Kalimat yang dikatakan seorang istri yang sholihah itu sebagai respon atas ketidaksukaan suaminya itu adalah,

Wa’aasyiruuhunna bil-ma’ruf, fa in karihtumuuhunna fa ‘asaa an takrahuu syai’aw wa yaj’alallahu fiihi khairan kasiiran. Q.S An Nisa: 19

“Dan bergaulah dengan mereka dengan cara yang patut*, jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya”

 

Akhirnya setelah ia mendengar jawaban dari istrinya itu, ia pun meyakini bahwa apa saja yang Allah katakan juga janjikan pasti benar. Malam itupun terjadi sesuatu yang harusnya terjadi.

*Patut/ma’ruf= sesuatu yang baik, istimewa menurut syariat juga menurut kebiasaan yang ada,jadi lebih spesial dari sekadar pengertian khair atau baik.

 

Beberapa hari setelah pernikahan mereka ternyata ada panggilan jihad untuk setiap pemuda muslim. Kemudian ia pun pergi ke medan jihad, namun sebelumnya ia berwasiat kepada istrinya, “jagalah kehormatanmu dan peliharalah rizki yang Allah anugerahkan kepada kita”

 

NB: Biasakan untuk para suami ketika harus pergi jauh untuk berwasiat karena tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam takdirNya.

 

Ternyata waktu yang ditempuh suaminya dalam berjihad itu bukan sehari, seminggu, sebulan, atau setahun. Akan tetapi sebelas tahun. Lama bener…

Ketika musuh sudah tertaklukkan dan mereka meraih kemenangan dalam sebelas tahun perjuangan maka ia pun kembali ke kampung halamannya. Ayoo tebak kemana tempat yang ia tuju pertama kalinya?

Warung di pasarkah karena ia lapar?Atau rumah karena rindu yang begitu menggebu??

Ternyata ia menuju masjid di kampungnya itu. Disana ia melihat ada kumpulan dari ustadz tua yang dulu ia kenal termangguk-mangguk mendengar uraian seseorang. Karena penasaran ia menghampiri kumpulan mereka. Ternyata yang ia temukan adalah seorang anak yang usianya sekitar 10 tahun tengah menjelaskan uraian ayat juga hadits dengan begitu fasihnya.

Rasa penasaran tentang siapa anak itu, membuatnya mengikuti anak tersebut sampai setiap langkah pulang anak itu. Setiap langkah anak itu membuatnya seolah kembali pada masa 11 tahun lalu, sebab jalan yang ia lalui dulu. Hingga anak itu berhenti di depan rumah yang ia tinggalkan dulu dan ada seorang wanita yang begitu ia kenal wajahnya, tengah menjawab salam dan membukakan pintu untuk anak itu.

 

Dalam campur aduknya rasa penasaran kenyataan ditambah akan ketidaktahuannya, ia memutuskan untuk juga masuk ke dalam rumah itu.

Ayoo kalo jaman sekarang, adegan apa yang bisa ditebak??? Pasti omelan, prasangka, tentang anak siapa itu? Dll

To be continued…..

Istilah-Istilah Arab yang Sering Salah (Part3,Habis)

5. Silaturahim/silaturahmi

Di Indonesia sering kita temui kata silaturahmi sebagai kata yg menggambarkan aktivitas hubungan antar sesama manusia. Aktivitas yg dimaksud adalah aktivitas saling mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan. Kata ini kian populer menjelang dan selama bulan Syawal, saat idul Fitri, meski kata ini juga sering digunakann dalam hal2 lainnya.

Sebenarnya bisa dibilang silaturahmi adalah sebuah salah kaprah, karena jika merujuk kepada asal katanya, bahasa Arab, maka kata yg benar adalah SILATURAHIM. Mari kita tinjau per-kata-nya.

Silaturahmi dan silaturahim, jika merujuk pada bahasa Arab, mempunyai huruf penyusun yg sama. Yang membedakan adalah akhirannya yg otomatis akan mempengaruhi artinya. Silah itu berarti menyambungkan. Sementara rahmi mempunyai arti rasa nyeri yg timbul (dan diderita sang ibu) pada saat melahirkan. Adapun rahim adalah kasih sayang (ingat: ALLOH SWT mempunyai sifat Ar Rahim, Yang Maha Penyayang).

Dengan demikian, silaturahim = hubungan kasih sayang, sedangkan silaturahmi = penghubung uterus (tali pusar yg menghubungkan ibu dan anak).

6. Makna Idul Fitri yang diartikan Kembali Suci atau pada Fitrah

Kata ‘ied sendiri berarti adalah kembali atau berulang, tetapi dalam bahasa arab sudah menjadi istilah khusus untuk menyebut hari raya, karena memang menjadi peringatan yang selalu berulang setiap tahun. Yang menjadi masalah kemudian kata fitri, yang sering diartikan kembali suci atau kembali kepada fitrah.

Digambarkan pula bagaimana seorang yang keluar dari ramadhan bagaikan hari dilahirkan ibunya, alias tanpa dosa sedikitpun. Subhanallah, tentu kita semua menginginkan hal tersebut bukan. Pendapat ini tidak sepenuhnya salah, karena berangkat dari harapan yang dijanjikan dari sebuah hadits : “ Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan penuh pengharapan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu “ (HR Bukhori Muslim).

Namun secara objektif bahasa dan istilah arab dan arti syar’I sebagaimana terdapat dalam hadits, fitri disini maksudnya adalah berbuka atau kondisi tidak berpuasa. Jadi yang dimaksud idul fitri adalah kembali berbuka atau hari raya menyambut berbuka.

Karenanya dalam hari idul fitripun kita dilarang untuk berpuasa. Makna fitri dalam arti berbuka bisa kita ambil dengan mudah dalam hadits berikut :

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ.

Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraa ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. (HR Bukhori).

Semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin. []

Wallahu A’lam.

 

Sumber :

Dikutip dari http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/beberapa-istilah-yang-sering-salah-digunakan-dalam-percakapan-sehari-hari.htm